Halo Scenetorians! Apakah kalian siap melakukan perjalanan panjang dan penuh makna? Siapkan popcorn dan minuman favorit kalian, karena kita akan membahas sebuah film yang telah mengguncang dunia perfilman dengan kehangatan dan humor yang tak terduga. Ya, saya berbicara tentang Green Book. Jadi, mari kita duduk santai dan nikmati perjalanan ini, seolah kita sedang mengobrol santai di kafe favorit kita.
Kisah Nyata yang Lebih Seru dari Fiksi
Film Green Book dirilis pada tahun 2018 dan disutradarai oleh Peter Farrelly. Film ini terinspirasi dari kisah nyata dan menampilkan Viggo Mortensen sebagai Tony “Lip” Vallelonga, seorang penjaga klub malam yang kasar namun berhati emas, dan Mahershala Ali sebagai Dr. Don Shirley, seorang pianis klasik jenius yang berkelas. Kombinasi ini terdengar seperti resep untuk kekacauan, bukan? Tapi justru di situlah letak keindahan film ini.
Tur Konser yang Bikin Geleng-Geleng Kepala
Ceritanya dimulai ketika Tony Lip, yang baru saja kehilangan pekerjaannya karena klub tempatnya bekerja tutup untuk renovasi, mencari pekerjaan baru. Kesempatan datang mengetuk pintu dalam bentuk pekerjaan sebagai sopir untuk Dr. Don Shirley. Namun, ini bukan pekerjaan sopir biasa. Mereka akan melakukan tur konser melintasi Amerika Selatan yang pada tahun 1960-an masih dilanda segregasi rasial. Dengan bantuan “Green Book”, sebuah panduan perjalanan untuk orang Afrika-Amerika, mereka memulai perjalanan yang akan mengubah hidup mereka.
Bayangkan Tony seorang pria yang lebih terbiasa dengan adu mulut di bar daripada mendengarkan simfoni, harus mengantar seorang pianis kelas dunia melalui wilayah yang tidak terlalu ramah bagi orang seperti Dr. Shirley. Ini seperti menggabungkan spaghetti dan sushi dalam satu piring dan entah bagaimana, rasanya lezat!
Duet Kocak yang Tak Terduga

Mari kita bicara tentang Tony Lip, yang diperankan dengan sangat menawan oleh Viggo Mortensen. Tony adalah pria Italia-Amerika yang keras kepala, cenderung bicara blak-blakan, dan memiliki selera makan yang tak tertandingi. Dia adalah tipe orang yang akan memesan spaghetti dengan ekstra bakso, lalu memprotes jika baksonya kurang besar. Namun, di balik sikap kasarnya, ada hati yang lembut dan loyalitas yang kuat.
Sebaliknya, Dr. Don Shirley, yang diperankan oleh Mahershala Ali dengan keanggunan dan kedalaman emosional, adalah seorang pria yang sangat berbudaya dan terpelajar. Shirley adalah sosok yang anggun, selalu tampil rapi, dan memiliki selera humor yang halus. Dia adalah tipe orang yang akan mengoreksi tata bahasa Anda dengan senyum, dan Anda akan berterima kasih padanya untuk itu.
Ketidakcocokan Karakter yang Memikat

Interaksi antara Tony dan Dr. Shirley adalah inti dari film ini. Pada awalnya, mereka tampak seperti minyak dan air. Tony dengan cara bicaranya yang kasar dan Shirley dengan keanggunannya yang tenang. Namun, seiring berjalannya waktu, mereka saling memahami dan menghargai perbedaan masing-masing. Tony belajar tentang kehalusan, dan Shirley belajar untuk lebih santai. Ini adalah kisah tentang bagaimana dua orang yang sangat berbeda dapat menemukan persahabatan di tempat yang paling tidak terduga.
Bayangkan Tony yang terbiasa dengan bahasa jalanan tiba-tiba harus berbicara dengan sopan dalam konser-konser kelas atas. Atau Dr. Shirley yang harus belajar menikmati ayam goreng dengan cara yang, menurut Tony, adalah satu-satunya cara yang benar. Mereka seperti dua bagian dari teka-teki yang berbeda, namun entah bagaimana, ketika disatukan, mereka membentuk gambar yang sempurna.
Tawa yang Mengocok Perut di Tengah Ketegangan

Salah satu kekuatan Green Book adalah kemampuannya untuk menyajikan humor di tengah tema yang serius. Ada adegan-adegan yang membuat kita tertawa terbahak-bahak, seperti ketika Tony mengajarkan Shirley cara makan ayam goreng dengan tangan. Atau ketika Tony menulis surat cinta untuk istrinya dengan bantuan Shirley, yang berakhir dengan gaya Shakespeare. Humor dalam film ini bukan hanya untuk hiburan, tetapi juga sebagai alat untuk menjembatani perbedaan antara kedua karakter.
Bayangkan Tony, yang menulis surat dengan gaya “Aku cinta kamu, titik,” tiba-tiba harus menulis dengan kata-kata indah seperti “cahaya bulan di malam yang sepi.” Ini adalah transformasi yang tidak hanya lucu, tetapi juga menyentuh.
Lebih dari Sekadar Perjalanan

Di balik semua tawa dan adegan mengharukan, Green Book menyampaikan pesan penting tentang persahabatan, toleransi, dan keberanian untuk melawan prasangka. Film ini mengingatkan kita bahwa meskipun kita berbeda, kita bisa saling belajar dan tumbuh bersama. Ini adalah film yang membuat kita merenung sambil tersenyum, dan mungkin sedikit lapar akan ayam goreng.
Film ini juga menggambarkan bagaimana keberanian untuk melawan norma sosial yang tidak adil bisa datang dari tempat yang paling tidak terduga. Tony, yang awalnya memiliki pandangan sempit, perlahan-lahan membuka matanya terhadap ketidakadilan yang dihadapi Dr. Shirley. Ini adalah perjalanan transformasi yang menginspirasi dan mengingatkan kita akan pentingnya empati.
Sinematografi dan Musik: Harmoni yang Memanjakan Mata dan Telinga
Sinematografi dalam Green Book menangkap keindahan perjalanan lintas negara dengan sangat baik. Dari pemandangan kota hingga pedesaan yang luas, setiap adegan terasa hidup dan penuh warna. Musiknya, tentu saja, adalah sorotan lain. Dengan latar belakang musik klasik yang dimainkan oleh Dr. Shirley dan irama jazz yang mengiringi perjalanan mereka, film ini memberikan pengalaman audio yang kaya dan memikat.
Musik dalam film ini bukan hanya sekadar latar belakang, tetapi juga karakter tersendiri. Setiap nada yang dimainkan Dr. Shirley menambah lapisan emosi dalam cerita, membuat kita merasakan setiap ketukan dan melodi dengan lebih dalam. Ini adalah simfoni yang mengiringi perjalanan fisik dan emosional kedua karakter utama kita.
Penghargaan dan Kontroversi

Green Book tidak hanya menerima pujian dari penonton, tetapi juga meraih sejumlah penghargaan bergengsi. Film ini memenangkan tiga Oscar, termasuk Film Terbaik, Aktor Pendukung Terbaik untuk Mahershala Ali, dan Skenario Asli Terbaik. Namun, seperti banyak film lain yang mendapatkan perhatian besar, Green Book juga tidak lepas dari kontroversi.
Beberapa kritikus dan penonton mengkritik film ini karena dianggap menyederhanakan isu rasial yang kompleks. Ada yang merasa bahwa perspektif film ini terlalu fokus pada pandangan Tony, sehingga mengabaikan kedalaman pengalaman Dr. Shirley sebagai seorang Afrika-Amerika di era segregasi. Meski demikian, film ini tetap berhasil menyentuh banyak hati dengan pesan persahabatan dan toleransinya.
Sebuah Perjalanan yang Layak Dikenang
Green Book adalah film yang menawarkan lebih dari sekadar hiburan. Ini adalah perjalanan emosional yang penuh tawa, air mata, dan pelajaran berharga. Dengan penampilan luar biasa dari Viggo Mortensen dan Mahershala Ali, serta arahan yang cerdas dari Peter Farrelly, film ini berhasil menyentuh hati kita dengan cara yang unik.
Jadi, Scenetorians, jika kalian mencari film yang bisa menghangatkan hati sekaligus mengocok perut, Green Book adalah pilihan yang tepat. Siapkan tisu untuk air mata haru dan perut kosong untuk tawa yang mengenyangkan. Selamat menonton dan sampai jumpa di review berikutnya! Semoga artikel ini membantu kalian lebih memahami dan menikmati film yang luar biasa ini. Sampai jumpa di ulasan berikutnya, Scenetorians!
Segera berlangganan sharing akun Netflix aman, murah, dan mudah hanya di Scenetorium!
Referensi
https://www.imdb.com/title/tt6966692/
https://www.rottentomatoes.com/m/green_bookhttps://www.smithsonianmag.com/arts-culture/true-story-green-book-movie-180970728/
https://www.hollywoodreporter.com/movies/movie-features/inside-making-viggo-mortensen-mahershala-alis-green-book-1158277/
https://www.reelworldtheology.com/review-the-green-book-a-real-change-of-heart/