Ketika mendengar judul Keluarga Cemara, banyak orang langsung teringat dengan sinetron legendaris era 90-an yang identik dengan kehangatan dan kaya akan nilai kehidupan. Namun, Film Keluarga Cemara (2018) bukan sekadar remake yang hanya mengandalkan nostalgia dari karya sebelumnya. Film ini hadir dengan pendekatan yang lebih segar, cerita yang relevan dengan kehidupan modern, dan emosional yang tetap mengena di hati penonton. Dengan sentuhan sinematografi yang apik serta akting para pemain yang memukau, film ini berhasil membawa kisah klasik ke generasi baru tanpa kehilangan esensi utamanya: keluarga adalah harta yang paling berharga.
Penasaran bagaimana Keluarga Cemara (2018) mengemas kisah klasik dengan sentuhan modern? Apakah film ini berhasil mempertahankan nilai-nilai kehangatan keluarga atau justru menghadirkan sesuatu yang benar-benar baru? Yuk, simak ulasan lengkapnya di artikel ini! 👀✨
1. Sinopsis Film Keluarga Cemara (2018)

Film Keluarga Cemara (2018) merupakan sebuah drama keluarga yang menyentuh hati, menceritakan perjalanan sebuah keluarga kecil yang harus menghadapi perubahan besar dalam hidup mereka setelah mengalami musibah yang tak terduga. Abah (Ringgo Agus Rahman) adalah seorang kepala keluarga yang harus menghadapi kenyataan pahit setelah kehilangan pekrjaan dan hartanya akibat pengkhianatan dari rekan bisnisnya. Bersama istrinya, Emak (Nirina Zubir), mereka memutuskan untuk pindah ke sebuah desa kecil dengan kehidupan yang jauh lebih sederhana dari sebelumnya.
Di desa itu, Abah dan Emak tinggal bersama kedua anak mereka, Euis (Adhisty Zara) dan Ara (Widuri Puteri). Euis, seorang remaja yang sedang dalam fase pencarian jati diri, awalnya merasa sangat berat meninggalkan kehidupan lamanya di kota, termasuk teman-temannya, sekolahnya, serta segala kenyamanan yang selama ini ia anggap sebagai bagian dari kehidupannya. Kepindahan ini membuatnya merasa terasing dan sulit menerima kenyataan bahwa kini ia harus hidup dengan segala keterbatasan yang belum pernah ia alami sebelumnya.
Di sisi lain, Ara memiliki karakter yang sangat berbeda dari kakaknya. Dengan kepribadiannya yang ceria, polos, dan penuh rasa ingin tahu, Ara menjadi sumber keceriaan di tengah segala kesulitan yang mereka hadapi. Sikapnya yang lugu dan antusias terhadap hal-hal baru di lingkungan desa yang jauh lebih sederhana justru menjadi energi positif bagi keluarganya. Ara sering kali menghadirkan momen-momen penuh keceriaan yang tanpa disadari membantu Abah, Emak, dan bahkan Euis untuk lebih mudah beradaptasi dengan keadaan baru mereka.
Konflik utama cerita ini berpusat pada bagaimana keluarga Cemara mencoba beradaptasi dengan kehidupan baru yang penuh keterbatasan. Dari momen-momen lucu hingga adegan yang mengharukan, film ini membawa kita masuk ke dalam dinamika keluarga yang hangat namun realistis. Hubungan antara Abah dan Emak juga menjadi kekuatan utama dalam menghadapi segala cobaan, sementara Euis perlahan memahami makna kebersamaan dan cinta tanpa syarat.
Seiring waktu, keluarga ini mulai menemukan kebahagiaan dalam kesederhanaan. Euis, yang awalnya sulit menerima perubahan, mulai memahami bahwa cinta dan kebersamaan adalah “harta berharga” yang tak tergantikan. Sementara itu, Abah dan Emak terus berusaha menjaga keluarga mereka tetap utuh. Meskipun menghadapi berbagai rintangan, kehangatan hubungan antar anggota keluarga ini benar-benar menyentuh hati.
2. Kelebihan Film Keluarga Cemara (2018)

- Pendekatan Modern & Relatable: Film ini menyesuaikan cerita dengan realitas zaman sekarang, seperti perubahan ekonomi, peran ibu dalam keluarga, serta hubungan anak dengan teknologi. Konflik lebih kompleks, tidak hanya soal kemiskinan tetapi juga soal adaptasi di lingkungan baru. Interaksi antara Euis yang sedang mencari jati diri dan Ara yang polos memberikan warna tersendiri yang bikin kita terenyuh. Konflik yang ditampilkan pun terasa sangat manusiawi, sehingga mudah bagi penonton untuk merasakan emosi yang dialami setiap karakter.
- Sinematografi yang Sinematik: Berbeda dengan sinetron yang sederhana, film ini memiliki visual yang lebih artistik dengan tata kamera dan pencahayaan yang indah. Adegan-adegannya terasa lebih emosional berkat kualitas sinematografi yang mendukung.
- Penyegaran Cerita dengan Nuansa yang Lebih Dinamis: Jika sinetron lebih menampilkan perjuangan ekonomi keluarga Cemara, film Keluarga Cemara (2018) ini lebih menyoroti perjalanan emosional tiap karakter. Konsep perjuangan Abah tetap ada, tetapi dikemas lebih ringan dan tidak terlalu melankolis.
3. Kekurangan Film Keluarga Cemara (2018)
- Nuansa Nostalgia Kurang Kuat untuk Generasi Lama: Beberapa penggemar sinetron merasa film ini kurang mempertahankan kesederhanaan dan kehangatan khas versi lama. Lagu tema legendaris “Harta Berharga” tetap ada, tapi kurang menjadi elemen yang kuat dalam membangun emosi.
- Durasi Terbatas, Konflik Kurang Tereksplorasi: Karena format film berdurasi sekitar 1,5 jam, perkembangan karakter dan konflik terasa lebih cepat dibandingkan sinetron yang berjalan bertahun-tahun. Beberapa konflik, seperti adaptasi Euis di lingkungan baru, terasa terlalu singkat penyelesaiannya.
4. Akting Para Pemain Film Keluarga Cemara (2018)

Tak bisa dipungkiri, performa para aktor di film ini luar biasa. Ringgo Agus Rahman berhasil memerankan Abah dengan emosi yang sangat mendalam, memperlihatkan sisi lembut seorang ayah yang penuh tanggung jawab. Nirina Zubir sebagai Emak tampil kuat sekaligus lembut, mencerminkan sosok ibu yang menjadi fondasi keluarga. Adhisty Zara juga patut diacungi jempol dengan aktingnya yang natural sebagai remaja yang sedang dalam masa transisi, membawa dinamika yang kaya ke dalam cerita. Widuri Puteri sebagai Ara memberikan kesegaran dengan kepolosannya yang menggemaskan, membuat penonton tersenyum di setiap kemunculannya.
5. Pesan Moral Film Keluarga Cemara (2018)

Film Keluarga Cemara (2018) mengajarkan bahwa keluarga adalah harta yang paling berharga, bukan sekadar slogan, tetapi sebuah makna yang mendalam. Dalam hidup, kita mungkin kehilangan harta benda, jabatan, atau kenyamanan, tetapi selama masih memiliki keluarga yang saling mendukung, kita tetap bisa bangkit dan menjalani kehidupan dengan penuh makna. Film ini juga mengingatkan bahwa kesederhanaan bukanlah kelemahan, melainkan kekuatan, karena dari keterbatasan kita belajar menghargai kebersamaan, kejujuran, dan kerja keras. Tidak peduli seberapa sulit keadaan, yang terpenting adalah tetap berpegang pada nilai-nilai keluarga dan tidak menyerah pada keadaan.
6. Rating Film Keluarga Cemara (2018)
Dengan rating 7.7/10 di IMDb, Keluarga Cemara adalah salah satu film keluarga terbaik yang pernah ada. Film ini berhasil menyampaikan pesan mendalam tanpa terkesan menggurui, menjadikannya tontonan yang cocok untuk semua usia. Film Keluarga Cemara (2018) berhasil menghadirkan kisah klasik dalam versi yang lebih modern dan sinematik. Meski ada beberapa perbedaan dengan versi lama, nilai utama tentang keluarga sebagai harta paling berharga tetap tersampaikan dengan baik. Untuk yang mencari nostalgia, mungkin film ini terasa sedikit berbeda, tetapi bagi generasi baru, film ini tetap menjadi tontonan keluarga yang berkualitas.
Kalau kamu penasaran, film ini sekarang tersedia di Netflix ya. Kamu bisa langganan sharing akun Netflix lewat layanan sharing akun dari Scenetorium. Jangan lupa juga untuk terus update dengan rekomendasi film seru lainnya di Scenetorium. Stay tuned, Scenetorians!
Baca Juga: 5 Inspirasi Kehidupan dari “Film Up”, Bikin Kamu Terenyuh