Dua film Wewe Gombel Indonesia terbaru, Marni: The Story of Wewe Gombel dan Petak Umpet, tengah menjadi perbincangan hangat di kalangan pecinta film. Keduanya mengangkat sosok Wewe Gombel, hantu legendaris dari cerita rakyat Jawa yang penuh misteri. Tapi, apa sebenarnya Wewe Gombel itu? Apakah film Wewe Gombel ini sekadar mitos atau fakta?
Melalui pendekatan yang berbeda, kedua film ini berusaha menghidupkan kembali mitologi Wewe Gombel dengan gaya masing-masing. Lantas, film Wewe Gombel mana yang lebih seru buat ditonton? Simak ulasannya berikut ini!
Mitologi Hantu Wewe Gombel
Wewe Gombel adalah sosok hantu perempuan yang menjadi bagian penting dalam mitologi Jawa. Ia dikenal sebagai makhluk gaib yang sering menculik anak-anak kecil, terutama saat senja atau waktu maghrib, ketika langit mulai gelap dan suasana menjadi mencekam. Dalam cerita rakyat, Wewe Gombel digambarkan sebagai wanita dengan wajah yang sangat buruk rupa, rambut panjang yang acak-acakan dan tidak terawat, serta payudara yang sangat panjang dan menggantung. Penampilannya semakin menyeramkan dengan pakaian lusuh dan kusam, yang memperkuat citra dirinya sebagai roh penuh amarah dan dendam.
Asal usul nama Wewe Gombel sendiri terkait erat dengan legenda dari Bukit Gombel, sebuah tempat di Semarang. Menurut kisah, seorang wanita mengalami pengkhianatan dari suaminya dan mendapatkan tekanan sosial yang begitu berat hingga akhirnya ia memilih untuk mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri. Tragedi ini diyakini menjadi awal mula terbentuknya sosok Wewe Gombel, sebagai representasi dari jiwa yang tersiksa dan mencari pelampiasan melalui perbuatannya yang mengerikan.
Anak-anak yang menjadi target Wewe Gombel biasanya adalah mereka yang sering ditelantarkan, kurang perhatian, atau merasa tidak dicintai oleh orang tuanya. Wewe Gombel dianggap sebagai sosok yang ‘merawat’ mereka di dunianya yang penuh misteri dan kesunyian. Konon, ia menggunakan kekuatan sihir untuk membuat anak-anak ini betah di sisinya dan tidak ingin kembali ke rumah mereka. Dunia Wewe Gombel digambarkan seperti bayangan gelap dari kehidupan nyata, di mana anak-anak yang ia culik merasa nyaman meskipun di bawah kendali pengaruh magis.
Cerita tentang Wewe Gombel ini tidak hanya menjadi legenda seram semata, tetapi juga sering digunakan sebagai peringatan bagi anak-anak agar tidak bermain di luar rumah ketika hari mulai gelap, terutama pada waktu maghrib. Lebih dari itu, kisah ini juga menjadi pengingat bagi para orang tua tentang pentingnya memberikan kasih sayang, perhatian, dan kepedulian kepada anak-anak mereka. Dengan merawat dan mencintai anak-anak, para orang tua diharapkan dapat mencegah mereka dari ‘diculik’ oleh pengaruh buruk—baik dalam arti harfiah maupun kiasan.
Sinopsis Film Wewe Gombel
1. Marni: The Story of Wewe Gombel

Film Wewe Gombel Marni mengisahkan perjalanan seorang ibu bernama Rahayu (Hannah Al Rashid) dan kedua anaknya, Anisa (Amanda Rigby) dan Aan (Athar Barakbah), yang pindah ke desa terpencil setelah berpisah dengan suaminya. Namun, keputusan tersebut membawa mereka ke dalam kegelapan yang tidak terduga. Sebab, desa yang mereka tinggali ternyata menyimpan legenda menyeramkan tentang Wewe Gombel, sosok hantu yang menculik anak-anak yang diabaikan.
Sejak awal kepindahan mereka, terdapat berbagai kejadian janggal di rumah tersebut, hingga puncaknya Aan tiba-tiba hilang secara misterius setelah dihukum oleh ibunya. Dalam keputusasaan, Rahayu dan Anisa mencari Aan dan menemukan bahwa Aan telah diculik oleh sosok Wewe Gombel bernama Marni (Ismi Melinda). Marni dahulu adalah seorang penjual jamu yang mengalami ketidakadilan dan mati mengenaskan di desa tersebut.
Ketegangan semakin meningkat ketika Aan berhasil ditemukan tetapi kondisinya berubah secara psikologis, Aan lebih memilih tinggal bersama Marni daripada keluarganya. Rahayu dan Anisa berusaha sekuat tenaga untuk merebut Aan kembali dari cengkraman Wewe Gombel.
2. Petak Umpet

Cerita Film Wewe Gombel Petak Umpet bermula saat Rahman (Randy Martin) yang diminta oleh ibunya untuk menjaga adiknya, Sari bermain justru terlena bermain game online. Sari (Alesha Fadhillah Kurniawan) tiba-tiba menghilang secara misterius saat bermain petak umpet dengan teman-temannya.
Kekhawatiran semakin memuncak setelah Rahman dan temannya, Shila (Saskia Chadwick), merasa diganggu oleh makhluk halus yang memberikan petunjuk tentang keberadaan Sari di sebuah rumah tua tak berpenghuni. Rahman bersama dua sahabatnya, Shila dan Rinto (Adam Farrel), bertekad untuk mencari Sari di rumah tua tersebut.
Mereka berhasil menemukan Sari, namun Sari justru lebih memilih tinggal bersama Wewe Gombel. Alih-alih menolong Sari, mereka justru harus menghadapi teror Wewe Gombel yang mengancam jiwa mereka. Dalam film ini Wewe Gombel dikisahkan sebagai seorang ibu yang mati bunuh diri bersama ketiga anaknya akibat dituduh berselingkuh dan dicampakkan oleh suaminya.
Analisis dan Perbandingan
1. Latar Cerita dan Premis
Film Wewe Gombel Marni menawarkan cerita yang lebih personal dan emosional, sedangkan Petak Umpet menghadirkan premis horor dengan elemen permainan yang unik. Jika kamu menyukai horor psikologis, Marni adalah pilihan tepat. Namun, jika mau menyukai film yang penuh aksi dan ketegangan, film Petak Umpet lebih direkomendasikan.
2. Visual dan Atmosfer Horor
Film Wewe Gombel Marni menggunakan pencahayaan redup dan warna yang hangat untuk menciptakan suasana melankolis, sementara Petak Umpet memanfaatkan efek suara dan jumpscare untuk mengejutkan penonton. Penampilan Wewe Gombel di Petak Umpet lebih menyeramkan, tetapi Marni berhasil menggambarkan sisi tragis karakter ini.
3. Pengembangan Karakter Wewe Gombel
Film Wewe Gombel Marni menunjukkan Wewe Gombel sebagai sosok kompleks dengan latar belakang emosional yang kuat. Sebaliknya, Petak Umpet lebih menonjolkan Wewe Gombel sebagai antagonis tanpa banyak eksplorasi emosional.
4. Penyampaian Pesan Moral
Kedua film Wewe Gombel ini sama-sama menekankan pentingnya menjaga hubungan keluarga, terutama dalam konteks kasih sayang dan perhatian orang tua terhadap anak-anak. Namun, Marni: The Story of Wewe Gombel berhasil menyampaikan pesan ini dengan cara yang lebih mendalam dan menyentuh. Film ini tidak hanya menggambarkan horor dan ketakutan, tetapi juga menghadirkan alur cerita emosional yang membuat penonton terhubung secara lebih personal dengan karakter-karakternya.
Melalui penggambaran tokoh-tokoh yang kompleks dan dinamika keluarga yang rapuh, Marni menyajikan konflik emosional yang realistis dan menyayat hati. Hubungan antara orang tua dan anak tidak hanya digambarkan sebagai latar belakang cerita, melainkan menjadi inti dari permasalahan yang dihadapi. Pesan tentang pentingnya perhatian dan kehangatan dalam keluarga tersampaikan secara halus tetapi kuat, membuat penonton merenungkan kembali peran dan tanggung jawab dalam menjaga kesejahteraan emosional anggota keluarga.
Sementara film Wewe Gombel Petak Umpet lebih fokus pada ketegangan dan elemen horor, Marni berhasil memadukan horor dengan drama keluarga yang sarat makna, menjadikan pesan moral tentang pentingnya hubungan keluarga terasa lebih mendalam dan bermakna.
5. Kelebihan dan Kekurangan
Marni: Kelebihan ada pada cerita yang emosional dan sinematografi yang artistik. Kekurangannya, ritme film cenderung lambat.
Petak Umpet: Kelebihan ada pada aksi yang mendebarkan dan efek horor yang kuat. Kekurangannya, plot terasa kurang dalam.
Kesimpulan dan Rekomendasi
Marni diapresiasi oleh kritikus karena kedalaman ceritanya, sedangkan Petak Umpet lebih populer di kalangan penggemar horor mainstream. Keduanya berhasil memperkenalkan mitos Wewe Gombel ke generasi muda, tetapi dengan pendekatan yang berbeda.
Kalo kamu suka film horor emosional dengan sentuhan drama keluarga, Marni adalah pilihan yang tepat. Tapi kalo kamu suka film horor yang penuh jumpscare, Petak Umpet wajib ditonton!
Yuk, tonton film-film horor lainnya di Netflix. Tapi, biar makin gampang langganan sharing account Netflix di Scenetorium. Hemat, praktis, dan enggak bikin ribet. Tunggu apalagi, cek langsung scenetorium.com dan nikmati pengalaman nonton terbaik!
Sumber: